Artikel Makalah, Kumpulan Makalah

A. Perkembangan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW

A. Perkembangan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW dan Rahasia Kesuksesannya Dalam Menunaikan Kerasulannya
1. Perkembangan Islam di Mekkah dan di Madinah
Sejak dirinya menjadi yatim piatu, Muhammad kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, dan setelah sang kakek pun meninggal duani, ia diurus oleh pamannya Abu Thalib. Bersama pamannya inilah Muhammad menjalani kehidupan sehari-harinya dengan segala kesederhanaannya. Ia pernah ikut berdagang pernah pula ikut mengembala domba.
Pada usianya yang ke-25, ia menikah dengan seorang wanita yang salihah dan berbudi luhur,, bernama Khadijah. Ketika menginjak usia 40 tahun Muhammad lebih banyak menyendiri dengan cara mengasingkan diri di gua Hira. Ketika dalam kesendirian di gua Hira, ia merasa didatangi oleh malaikat Jibril dengan membawa wahyu. Pada saat itu bertepatan dengan 17 Ramadhan/6 Agustus 610 M, Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. dengan diterimanya wahyu itu, berarti Muhammad SAW telah menjadi rasul pilihan Allah SWT yang bertugas menyampaikan risalah-Nya.
Dalam menjalankan tugas mulia ini, semula Nabi Muhammad SAW melakukannya secara sembunyi-sembunyi dan dikhususkan hanya kepada kerabat dekat saja, seperti Khadijah Ali bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah. Setelah itu, kepada handai tolan, seperti kepada Abu Bakar, yang kemudian mengajak Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi Waqash. Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidilah, Abu Ubaidillah bin Abi Jarrah, Arqam bin Abi Arqam, Fatimah binti Khatab dan suaminya Said bin Zaid al-Adawi. Mereka itulah yang kemudian disebut dalam Al-Qur’an sebagai orang-orang yang pertama masuk Islam atau Assabiqun al Awwaluun.
Dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi ini, dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya selama kurang lebih tiga tahun. Kemudian turunlah ayat Al-Qur’an yang menghimbau kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya agar melakukan dakwah secara terang-terangan, yakni surat Al-Hijr ayat 91:

    
Artinya:
”Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperitahkan Tuhan kepadamu dan berpelinglah dari orang-orang yang musyrik.”

Setibanya di Madinah, Nabi Muhammad segera menyusun rencana pengembangan dakwah agar lebih efektif dan cepat. Agama Islam harus segera menyebar keberbagai penjuru dunia,, khususnya jazilah Arabia. Lalu diambillah langkah-langkah sebagai berikut.
a. Seluruh penduduk kota Madinah diberi kebebasan dalam beragama. Tidak ada paksaan bagi siapa pun untuk memeluk agama Islam, dan bagi masyarakat muslim tidak dibenarkan memaksakan dakwahnya kepada orang yang sudah beragama. Mereka dianjurkan untuk saling menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain.
2.
B. Perkembangan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyiddin
1. Perkebangan Islam Pada Masa Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab
Ketika Rasulullah wafat, jabatan pemerintahan atau kekhalifahan umat Islam digantikan oleh seorang sahabat senior, yaitu Abu Bakar Adh-Shiddiq. Beliau menjabat sebagai khalifah pertama menggantikan kedudukan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Selama kekhalifahannya, Abu Bakar sempat mengadakan perluasan wilayah kekuasaan Islam ke berbagai daerah, terutama ke daerah Syiria yang masih dikuasai oleh pasukan Romawi Timur (Byzantum). Dalam usaha ke arah itu, Abu Bakar mengirim beberapa panglima dengan segenap pasukkannya. Siantara panglima yang dikirim itu adalah:
1. Yazid bin Abi Sufyan yang dikirim ke Damaskus
2. Abu Ubaidah bin Jarrah dikirim ke Himsho
3. Amr bin Ash dikirim ke Palestina dan
4. Suranbil bin Hasanah dikirim ke Yordania

Usaha perluasan kekuasaan ke wilayah Syiria ini, sebenarnya sudah dimulai sejak Nabi Muhammad SAW masih hidup di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Usaha itu sempat dihentikan, karena mendengar berita tentang wafatnya Rasulullah SAW. Kemudian usaha itu dilanjutkan kembali pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan kekuatan empat panglima tersebut di atas. Ditengah usaha penaklukan itu, pasukan Abu Ubaidah merasa kewalahan menghadapi pasukan Romawi Timur tersebut, lalu dikirinkan 1500 pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid.
Perang berlangsung cukup lama, sehingga di tengah berkecamuknya peperangan melawan pasukan Romawi Timur itu, tiba-tiba di dengar berita tentang wafatnya Abu Bakar (tahun 13 H/634 M). Kemudian kekhalifahan pun digantikan oleh sahabat Umar bin Khattab.
Seperti halnya Abu Bakar, Umar bin Khattab pun segera menggiatkan usaha perluasan kekuasaan Islam ke berbagai wilayah yang lebih luas lagi. Pertempuran demi pertempuran dapat dimenangkan dengan gemilang. Wilayah kekuasaan Islam pun semakin bertambah luas. Dalam pertempuran di Ajnadin tahun 16 H.636 M tentara Romawi dapat dipukul mundur, dan selanjutnya beberapa kota di pesisir pantai Syiria juga dapat dikuasai seperti Jaffa, Gizar, Ramlan, Typus, Arce, dan Askolan bahkan Bairut juga dapat ditundukkan pada tahun 18 H/638 M. Kota Bairut diserahkan sendiri oleh Patrik, penguasa Romawi di kota itu kepada Umar bin Khattab.
Selain ke Persia usaha perluasan juga di arahkan ke wilayah Mesir. Ketika itu bangsa asli Mesir, yakni suku Qibty (qobti) sedang mendapat serangan dari bangsa Romawi. Mereka sangat mengharapkan bantuan dari kaum Maslimin. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan Palestina Khalifah Umar bin Khattab mengarahkan pasukannya yang berkekuatan komando panglima Mesir. Pasukan itu dibawah komando panglima Amr bin Ash.
Selain mengadakan perluasan wilayah kekuasaan Islam ke berbagai daerah. Khalifah Umar bin Khattab juga banyak berjasa dalam hal pembuatan undang-undang negara. Peraturan perundang-undangan yang berisi tentang ketatanegaraan dan tata pemerintahan, dibentuk pada masa kekhalifahan ini.
Khalifah Umar bin Khattab juga membentuk beberapa dewan, yang diantaranya adalah Dewan Perbendaharaan Negara dan Dewan Militer. Lembaga Kejaksaan dan Dewan Pertimbangan Hukum juga dibentuk pada masa kekhalifahannya. Banyak hakim-hakim yang masyur pada masa itu, di antaranya Ali bin Abu Thalib.


C. Perkembangan Islam Pada Masa Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
1. Ketika khalifah Umar bin Khattab eninggal, pemerintahan diserahkan kepada Utsman bin Affan. Di tengah khalifah ketiga ini juga terjadi upaya perluasan wilayah, terutama penaklukan ke Persia, Azerbeijan, Tabaristan dan Armenia. Penaklukan besar-besaran juga dilakukan pada masa khalifah Utsman bin Affan ini, apalagi setelah dibentuknya armada laut. Satu demi satu beberapa pulau di Asia kecil, pulau Cyprus, Rhodes Tunisia, Nubia, dan pesisir laut hitam.
Semakin hari, wilayah kekuasaan Islam semakin luas. Untuk menjaga stabilitas negara diadakan pengalaman yang ketat terhadap para pemberontak yang ketat terhadap para pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah yang berontak itu, antara lain daerah di luar Azerbeijan, Iskiandariyah dan wilayah Persia. Meskipun sistem keamanan diperketat tetapi para pemberontak semakin marak di berbagai daerah penaklukkan. Apalagi setelah masyarakat Islam menilai bahwa khalifah Utsman bin Affan bersikap nepotisme (mementingkan kepentingan keluarga). Akhirnya dengan terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan pada tahun 35 H/656 M.

2. Ali Bin Abi Thalib adalah khalifah yang memiliki kelebihan tersendiri dalam sikap dan kepribadiannya. Ia adalah seorang peberani dan tegas dalam melaksanakan sesuatu. Ia sangat mencintai keadilan dan kebenaran. Langkah pertama yang ia lakukan adalah mengganti para gubernur yang sebelumnya diangkat oleh khalifah Utsman bin Affan.
Akibat yang lebih jauh dari tindakan Ali bin Abi Thalib itu, muncullah beberapa golongan yang berdiri sendiri dan semuanya menyatakan menentang Ali bin Thalib. Diantara golongan itu adalah golongan Mu’awiyyah, golongan Aisyah, golongan Zubair, dan Tholhah serta golongan yang setia kepada Ali sendiri.
Golongan-golongan itu mengakibatkan munculnya berbagai peperangan, seperti perang Jamal dan perang Shiffin. Terjadinya perang Jamal menyebabkan munculnya dua kelompok, yakni Khawarij dan Syi’ah. Khawarij adalah orang-orang yang semula setia kepada Ali bin Abi Thalib, tetapi kemudian ke luar dari barisan Ali bin Abi Thalib setelah mereka merasa tidak puas dengan tindakan Ali bin Abi Thalib yang menghentikan peperangan utnuk Tahkim. Tahkim adalah upaya penghentian perang dengan mengangkat Al-Qur’an tinggi-tinggi, agar kedua belah pihak yang bersengketa mau kembali kepada hukum Allah SWT. Syi’ah adalah kelompok yang tetap setia kepasa Ali bin Abi Thalib.
Kebijaksanaan Ali bin Abi Thalib mengambil takhim, akhirnya membuat bumerang bagi dirinya, dan menghantarkan nyawanya melayang di tangan Ibnu Muljam pada tahun 40 H/661 M. Umat Islam yang tetap setia kepada Ali, akhirnya mengangkat Hasan bin Ali menjadi khalifah.

D. Hal-Hal yang Mendorong Mu’awiyah Menaklukkan Byzantium
Ada tiga hal yang mendorong Mu’awiyah melakukan hal tersebut, yaitu sebagai berikut:
a. Byzantium merupakan basis kekuatan Kristen ortodoks yang dianggap akan berbahaya bagi perkembangan Islam
b. Orang-orang Byzantium suka mengadakan penyerangan terhadap kaum Muslimin
c. Byzantium memiliki kekayaan alam yang amat melimpah ruah

F. Penyebaran Islam Ke Daerah Asia Tenggara
1. Jalur, waktu dan cara masuknya Islam ke Indonesia
Sebenarnya belum ada kata sepakat di kalangan para ahli sejarah tentang kapan dan di jalur mana Islam pertama kali datang ke Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya kita perhatikan beberapa pendapat mereka berikut ini.
a. Agama Islam telah masuk ke wilayah Indonesia pada bad ke 1 H atau abad ke-7 M dibawa oleh para pedagang Arab yang sering berkunjung ke Tiongkok. Dari tanah Arab, para pedagang itu menelusuri jalur Arab Malabar, Nicobar, Kamboja, Pasai (Aceh Utara), Peurlak (Aceh Timur), Malaya, Kamboja sampai daratan Tiongkok pendapat ni dikuatkan oleh penemuan yang menyatakan di Tiongkok, pada abad ke dua Hijriah telah terdapat gudang-gudang milik pedagang Arab.
b. Agama Islam resmi masuk ke Indonesia pada pertengahan abad ke-7 H/ke-12 M melalui jalur Sumatera dan Aceh. Penemuan yang menyatakan bahwa adanya seorang mubaligh bernama Abdullah Arief yang datang ke wilayah Aceh pada tahun 1151 M. Kemudian pada tahun 1205 M tercatat sebuah kerajaan Islam di wilayah Aceh dengan rajanya bernama Raja Johan Syah.
c. Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-1 H/ke-7 M berlangsung dari tanah Arab. Daerah yang pertama kali disinggahi adalah Sumatera. Mubaliqh yang datang ke daerah itu adalah juga saudagar yang menjajakan barangnya.

2. Timbulnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
a. Kerajaan Islam Samudera Pasai
Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kelahirannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan sekitar awal abad ke-13 M sebagai hasil proses Islamisasi di daerah-daerah pantai yang disinggahi para pedagang muslim sejak abad ke-7 M. Raja pertama kerajaan Islam Samudera Pasai bernama Malik Al-Saleh. Sebelum masuk Islam dan memproklamirkan kerajaannya sebagai kerajaan Islam, ia bernama Merah Selu.

b. Kerajaan Islam Aceh Darussalam
Pendiri kerajaan ini adalah Ali Mughayat Syah. Ia mendirikan kerajaan ini sekitar abad ke 15 M. Setelah resmi menjadi raja, Mughayat Syah segera memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke daerah Pidie, yang kemudian diteruskan ke wilayah kerajaan Samudera Pasai.
Kerajaan Islam Aceh Darussalam mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sulthan Alauddin Ri’ayat Syah yang bergelar Al-Qohhar. Dalam menghadapi serangan Portugis, ia menjalin kerjasama dengan kerajaan Turki Usmani dan kerajaan-kerajaan Islam lain di Indonesia.

c. Kerajaan Islam Pajang
Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari kerajaan Islam Demak. Sulthan pertamanya adalah menantu Sulthan Trenggano yang diberi kekuasaan di Pajang. Setelah berhasil membunuh Aria Panangsang tahun 1546 M, ia segera memindahkan segala kebesaran kerajaan Demak ke Panjang. Pada masa pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan beberapa daerah pedalaman Jawa.

d. Kerajaan Islam Mataram
Sejak pusaka kerajaan Panjang berada di Mataram resmilah Mataram menjadi sebuah kerajaan Islam dengan Senopati sebagai raja pertamanya, sebab dalam tradisi Jawa, penyerahan pusaka artinya penyerahan kekuasaan. Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M, kemudian digantikan oleh putranya bernama Seda Ing Kropyak sampai tahun 1613 M lalu diganti oleh putranya, Sulthan Agung (1613-1646 M).

e. Kerajaan Islam Cirebon
Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Djati. Ia diperkirakan lahir tahun 1448 M dan wafat tahun 1568 M dalam usia 120 tahun. Kedudukannya sebagai anggota Wali Songo, Sunan Gunung Jati mendapat kehormatan dari para raja di Jawa. Setelah resmi menjadi raja kerajaan Islam Cirebon, ia segera meruntuhkan kerajaan Pajajaran yang belum menganut Islam.

f. Kerajaan Islam Banten
Banten dapat ditaklukkan oleh Sunan Gunung Djati pada tahun 1525 M. Sejak itulah Banten menjadi kerajaan Islam dengan raja pertamanya Sultan Hasanuddin. Setelah dinobatkan oleh ayahnya sebagai raja, ia segera mengadakan perluasan dakwah Islam ke daerah-daerah sekitar Banten, seperti Sunda Kelapa (1527 M) Lampung dan sampai ke Sumatera Selatan.

g. Kerajaan Islam di Kalimantan
Islam datang di Kalimantan berkat usaha para mubaliqh dari Jawa. Hal itu mungkin saja terjadi, sebab hubungan masyarakat di kedua pulau itu sudah lama terjalin, yakni sejak kerajaan Majapahit dan Kerajaan Kutai mengadakan hubungan. Diantara para mubaliqh yang terkenal pada masa itu adalah Khatib Dayyan dan Muhammad Arsyad Al-Banjari. Yang terakhir inilah yang kemudian disebut sebagai penegak Islam di Kalimantan pada abad ke-18 M.

h. Kerajaan Islam di Sulawesi
Sebelum Islam masuk ke Sulawesi, di kepulauan itu sudah terdapat banyak kerajaan, di antaranya Gowa-Talo, Bone, Wajo, Sopeng, dan Luwu. Kerajaan Gawo-Talo sudah sejak lama menjalin hubungan dengan kerajaan Ternate Islam. Sulthan kerajaan itu bernama Babullah, berusaha mengajak sulthan Gowa masuk agama Islam. Pada mulanya ajakan itu ditolak, tetapi setelah beberapa lama ajakan masuk Islam itu diterima oleh sulthan Gowa-Talo. Sejak itulah Islam berkibar di Sulawesi, karena setelah raja dan masyarakat Gawo-Talo masuk Islam pada tahun 1605 M. Raja-raja yang lainnya pun mengikutinya. Kerajaan Wajo menerima Islam tahun 1610 M, Bone dan Luwu tahun 1611 M.

3. Pengaruh Islam Terhadap Peradaban Bangsa Indonesia
a. Peradaban dan Agama Masyarakat Indonesia Sebelum Kedatangan Islam.
Indonesia adalah salah satu negara yang secara geografis termasuk wilayah Asia Tenggara. Daerah yang merupakan wilayah kepulauan ini diantaranya terdiri dari Malaysia, Singapura, Philipina, dan Indonesia. Masyarakat di wilayah ini telah memiliki peradaban yang tinggi sebelum masuknya Islam. Hal itu,, karena wilayah Asia Tenggara merupakan negara-negara yang memiliki kesamaan budaya dan agama. Negara-negara ini, termasuk Indonesia telah memiliki hubungan dengan peradaban bangsa India.
Begitu besar pengaruh Hindu dan Budha, sehingga dapat dilihat dari sisa peninggalan peradaban mereka, seperti kuil-kuil suci, candi-candi, dan sebagainya. Bangunan-bangunan itu merupakan bukti kreatifitas bangsa Indonesia. Selain itu, di bidang sastra terdapat banyak buku-buku sastra, semacam kitab Suluk dan kitab Dewa Ruci.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesia, sebelum Islam datang sudah memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi. Peradaban mereka merupakan hasil perpaduan antara budaya lokal dengan Hindu dan Budha. Mereka juga telah mempunyai agama dan kepercayaan, yakni agama Hindu dan Budha, juga Animisme dan Dinamisme.

b. Pengaruh Islam terhadap peradaban bangsa Indonesia
Sebagai agama baru, Islam perlu adaptasi atau penyesuaian dengan pemeluknya. Keluwesan ajaran Islam membuat agama tersebut cepat di terima oleh pemeluknya. Sehingga pada gilirannya agam tersebut segera memainkan peranan dalam segala segi kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi maupun sosial dan budaya. Peranan Islam yang begitu kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia, menjadi susah dipisahkan antara mana kebudayaan Islam dan mana kebudayaan lokal.
Terdapat beberapa jalur yang membuat kebudayaan Islam masuk ke dalam kebudayaan lokal. Jalur-jalur itu antara lain:
a. Jalur bahasa dan nama
b. Jalur adat istiadat
c. Jalur seni budaya
d. Jalur Politik

KESIMPULAN

a. Dengan wahyu jelaslah sudah bagi Nabi Muhammad SAW apa yang harus dilakukannya. Yakni mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT. Tuhan yang Maha Esa yang tiada sekutu baginya. Inilah saatnya untuk menyebarkan agama Allah SWT ke segenap umat Islam.
b. Sebagai Nabi dan Rasul adalah lanjutan dari periode Mekkah mulai dari turunnya wahyu pertama dan wahyu itu terus turun secara berangsur-angsur di sela-sela dakwah beiau sampai turunnya ayat terakhir.
c. Perkembangan Islam yang terjadi yaitu pada masa Nabi Muhammad, Abu Bakar Ash Sdik Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
d. Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu bakar disebut khahfah Rasulillah (pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya di sebut khahfah saja. Khahfah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.
e. Di masa pemerintahan Usman (644-655 M), Armenia, Tunisia Cyprus Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoyania dan Tabaristan berhasil di rebut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
f. Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. ibu kota negara di pindahkan Muawwiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai Gubernur sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar Ritonga dan H. Idzan Pautanu
Hasan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Penerbit Kota Kembang 1989. hlm 34
Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, Jakarta: Press. 1985. Cetakan Kelima
Ahmad Amin, Islam dari Masa ke Masa, Bandung: CV. Rusyda, 1987. Cetakan Pertama. Hlm 87
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1989, Cetakan kelima
Pegasan Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas 3

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : A. Perkembangan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW

0 komentar: